[REVIEW]

AKU MALU PADA BUKU PEMBERIANMU

WANITA-YANG-DIRINDUKAN-SURGA

Masih membekas dalam ingatan bagaimana waktu itu dia berusaha meluangkan waktu untuk mengantarkan sebuah bingkisan rapi berpita warna merah jambu “Jangan dulu di buka sebelum berada diatas kereta. Ujarnya”. Tapi ternyata memang aku sama sekali tak sempat membukanya, karena sirine kereta perjalanan Kediri-Yogyakarta sudah terdengar jelas ditelinga menandakan aku akan segera berangkat pada menit ini juga. Yang membuatku tak habis pikir pada caranya adalah Pare dan stasiun Kediri bukanlah jarak yang berdekatan, ditambah lagi yang ku tau dia masih memiliki kesibukan yang tak bisa ditinggalkan namun nyatanya masih menyempatkan.

Ketika itu, tak banyak kata yang bisa aku sampaikan selain hanya kalimat singkat yang menyatakan rasa terima kasih. Bukan apa-apa aku masih merasa kaget diperlakukan manis seperti ini oleh seseorang yang sering aku kagumi dan ceritakan pada teman satu pembelajaran “ bahwa cara mengajarnya, membuatku tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan waktu untuk mempelajari materi demi materi grammar ini, karna tak tau kenapa setiap apa yang ia katakan akan mudah aku pahami serta lebih terpatri dalam ingatan”. Mungkin karna caranya yang berbeda dalam mengajarkan.

Harapanku jangan terlalu bermain rasa ketika membaca tulisan ini ya, karna sekedar bentuk apresiasiku atas pemberiannya yang akhirnya menjadi salah satu benda yang mengingatkan dan membuatku malu, itu saja. Aku malah berharap dia tak nyasar pada tulisanku ini ketika mengakses mesin penelusuran, agar dia tak tahu aku pernah merasa kagum waktu itu.

Perjalanan kereta pun dimulai, ini artinya kesempatan untuk membuka bingkisannya adalah saat yang ku nanti saat ini. Meskipun dari bingkisannya aku sudah dapat menerka dalam hati bahwa isinya adalah sebuah benda yang bisa ku baca, lumayan buat mengisi waktu saat diperjalannan pikirku. Ternyata benar, sebuah buku satu warna dengan pitanya berjudul “Wanita yang Dirindukan Surga (Beribadah tanpa lelah)”, dari judulnya saja sudah sangat terasa berat untuk ku baca sebuah karya istimewa dari penulis bernama M. Fauzi Rachman. Buku tersebut membahas tentang adab-adab seorang wanita, bagaimana seharusnya wanita bersikap sehari-hari, beribadah dan menempatkan diri dalam konteks agama islam, disaat medernisasi yang memberi dogma dan membentuk wanita ingin disetarakan dengan pria serta berlaku bebas tanpa batas padahal dalam agama kita islam sudah sangat memuliakan wanita melalui syariat-syariat yang telah ditetapkan sejak lama, tinggal kita menjalankannya saja.

Berikut adalah alasan kenapa setiap membuka lembar demi lembar dari buku ini membuatku malu masih terasa jauh dari kriteria wanita yang diidamkan oleh surganya.

1. Pada bab pertama kita diberi penjelasan begitu pentingnya kedudukan wanita sehingga agama islam memuliakannya dengan menjadikan wanita salah satu surah dalam Al-Qur’an yaitu Al-Nisa’ yang berarti “wanita”. Kemudian juga Rasulullah Saw ketika ditanya siapa yang paling berhak untuk dihormati, diantara ayah dan ibu, beliaupun menjawab “ibumu” hingga tiga kali, baru kemudian “Ayahmu”. Selain itu, wanitapun ikut berperan serta juga untuk perjuangan ketika menorehkan sejarah indah agar agungnya peradaban islam dimasa lalu. Itu hanya sebagian saja dari cuplikan yang bisa aku pahami pada bab pertama ini.


2. Sebagai wanita sudah kodratnya jika ingin terlihat cantik namun kita sering lupa bahwa islam telah mengatur bagaimana seorang wanita berhias rupa agar tak berlebihan dipandang mata karna wanita adalah aurat sehingga banyak hal yang dapat menjerumuskannya pada dosa-dosa tak terasa. Pada buku ini juga membahas hal-hal berkaitan dengan perilaku yang tidak kita sadari dan akhirnya menghapus amalan kita sebagai wanita yang naytanya telah dilakukan setiap hari seperti ngerumpi, berhias diri secara berlebihan, berjabat tangan dengan lelaki, dan tentang larangan mengunjungi sauna atau kolam renang tak luput menjadi pembahasan. Hal-hal tersebut akhirnya memunculkan pertanyaan pada diri sendiri masih seringkah melakukan perbuatan yang sepatutnya sudah ditinggalkan?


3. Surga berada dibawah telapak kaki ibu hal ini adalah ketetapan mutlak yang hanya dimliki seorang wanita dimana merupakan madrasah pertama anak-anaknya kelak, dijadikan contoh perilakunya digugu dan ditiru perkataannya mau tak mau memang begitulah adanya. Maka dari itu, perlu dijaga sikap dan tuturnya lewat junnah (perisai) salah satunya selalu berpuasa agar tertutuplah perilakunya dari syahwat dan nafsu. Rasulullah Saw bersabda “Sebaik-baiknya wanita adalah istri yang jika kamu melihatnya, ia akan membahagiakanmu; jika kamu menyuruhnya, ia akan menaatinya; dan jika kamu pergi, ia akan menjaga harta dan harga dirimu.” begitu dalam maknanya meskipun terkadang lidah ini mudah mengucapkannya namun apa iya semudah itu untuk melakukannya?. Dan dalam buku ini juga kita diberi gambaran kenikmatan yang telah disediakan Jannah untuk wanita-wanita yang mengerjakan ibadah dijalan Allah serta tak lupa selalu melakukan kebaikan dan hal tersebut bisa dilakukan oleh seorang wanita dengan hanya didalam rumah saja..


4. “Surga dikelilingi dengan segala yang tidak disenangi hawa nafsu, dan neraka dikelilingi oleh segala yang disukai hawa nafsu.” (HR Muslim dan Anas Ibn Malik r.a.), karna rintangan menuju surga-NYA itu tak mudah, maka dari itu wanita diminta agar menjaga sah wudhunya agar ia dapat menjaga dirinya dari dosa dan godaan diluaran sana, wanita sudah tentu ingin cantik penampilannya dan make up adalah pilihan utama sebagai penunjangnya namun perlu diketahui bahwa ketika berwudhu seluruh make-up bagi wanita, seperti lipstik (bibir merah) dan kuteks, hendaknya dibersihkan terlebih dahulu. Karena kedua aksesoris tersebut menghalangi sampainya air kekulit agar suci, padahal salah satu sahnya wudhu adalah sampainya air kekulit. Sehingga membersihkannya terlebih dahulu, demi sempurnanya wudhu. Begitupula untuk cincin yang melingkar pada jari wanita khususnya, maka cincin tersebut haruslah digerak-gerakkan ketika membasuh kedua tangan.Ternyata, islam amat sempurna mengaturnya lewat Al-qur’an sebagai pedoman kita bahwa kebersihan dalam berwudhu adalah hal yang tak boleh dilupakan oleh seorang wanita sebagai cara menjaga sucinya tetap terjaga. Buku ini menceritakan bagaimana cara agar surga dapat kita ketuk, tanpa kriteria muluk-muluk agar wanita tak lelah beribadah dengan beragam alasan.


Cemburulah pada manusia yang nyatanya ada yang lebih takwa kepada-NYA dibandingkan kita. Menjadi seorang wanita seakan-akan banyak aturan yang membuatnya merasa terkekang dikarnakan alasan belum siap imanlah inilah itulah untuk menerapkannya, betapa berdosa ketika kita sebagai wanita yang malah mencela aturan yang nyatanya demi kebaikan dan merupakan sebagian cara agama islam menjaga kehormatan kita sebagai wanita. Terakhir, buku ini benar-benar membuatku malu ketika akhlak tak jua menyesuaikan dengan apa yang telah agama berikan aturan padaku merasa masih jauh dari kriteria agar Jannah mau menantikan kedatanganku tanpa ragu. Semoga tak hanya aku wanita yang membaca buku ini, agar kita dapat bersama- sama memperbaiki diri lebih baik lagi. 

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.