[Ojek Online] Cerita Bersama Ojek dan Taksi Online



27 januari 2017,

Ini adalah kali pertama saya benar-benar datang sendirian ke ibu kota Jakarta menggunakan transportasi darat yaitu kereta api, tiba di Stasiun Senin pada malam hari pukul 21.00 teman yang sebelumnya lebih dahulu tiba di Jakarta menyarankan untuk menggunakan jasa transportasi online saja untuk menuju kosannya karna lebih murah, inilah awal mula akhirnya saya menggunakan jasa transportasi via online. Saya pun dari Jogja memang sudah mempersiapkan instal aplikasi seperti UBER, GRAB dan Gojek di handphone. Pertama kali mencoba aplikasinya sedikit ragu khawatir salah input lokasi atau bagaimana dan saya nyasar di Jakarta gak bisa membayangkan jika benar terjadi. Untungnya teman telah shareloc secara akurat dan saya tinggal menginputkan saja lokasi yang telah dituliskan pada tujuan keberangkatan.

Memesan taksi online lewat aplikasi membuat satu jam telah saya habiskan untuk menunggu mas driver datang mejemput ketika itu, cerita bermula saat terjadi miss comunication antara saya dan driver tersebut. Saya menunggu didepan pintu masuk sambil mencocokan antara plat kendaraan (mobil) dan aplikasi namun sepanjang penglihatan tidak jua saya temukan, drivernya pun secara bergantian dengan saya saling telfon untuk memastikan posisi namun karna saya orang awam daerah stasiun alhasil petunjuk yang saya berikan adalah hanya memberi informasi berdiri didepan pintu masuk. Si mas driver sudah berulang kali mengitari stasiun (mengabari via telfon), sampai ia kehabisan pulsa dan malah ditipu oleh sang penjual pulsa gadungan hingga uang 50 rb pun melayang sanking tergesa-gesanya ingin menghubungi saya kembali.

Dalam benak saya ingin rasanya meng-cancel, namun sebelum saya tega melakukan hal tersebut saya berfikir kembali khawatirnya mas driver sudah datang jauh-jauh untuk menjemput. Akhirnya, sayapun memutuskan berjalan agak keluar stasiun sambil membawa big koper namun tak jua saya lihat taksi online tersebut hingga pada akhirnya saya pun melihat mobil dengan plat nomor kendaraan sesuai dengan layar HP terparkir dan sayapun langsung bergegas menghampiri sambil memberikan rona wajah bete nungguin tapi langsung berubah seketika, saat masnya cerita sudah muter stasiun lebih dari 5 kali plus kena tipu lagi, ditambah wajah kelelahan yang ia tampakkan langsung membuat saya iba dan kembali seperti semula bad mood tadi. Mungkin sebenarnya salah saya yang hanya menginformasikan posisi kurang akurat sebab kurang terlalu paham lokasi stasiun jadi gak enak sudah BT sebab, ternyata maps di HP si driver tidak sesuai, tapi terima kasih mas tidak cancel orderan dan sabar muter-muter meskipun sampai ditipu counter gadungan, serta sabar nelfon berkali-kali memastikan posisi.

****

Kisah selanjutnya datang dari bapak ojek online Uber yang mengantarkan saya ke tempat saudara di Ciledug. Sepanjang perjalanan beliau cerita bahwa telah resign dari kerjaannya terdahulu yaitu petugas kargo dan memilih untuk ojek online saja, karna beranggapan pemasukan ojek online lebih besar dibandingkan jadi karyawan. Sebab, selain jam kerja yang kita tentukan sendiri potongan biaya yang disetorkan kepada pihak uber juga tidak terlalu besar hanya mengambil sekitar 10 % saja dari penghasilan yaitu kisaran 100-200 rb setiap bulannya dan tentu lebih murah jika dibandingkan ojek biasa yang terkadang dituntut oleh setoran yang besar dan menunggu dipangkalan berjam-jam hingga akhirnya penghasilan jauh dari yang diharapkan. Bapaknya langsung cerita banyak ketika tau saya berasal dari Jogja sebab bapak dan istri sebentar lagi akan berlibur ke Jogja, segala hal ditanyakan mulai dari penginapan yang murah, kendaraan dan tempat wisata yang menarik tidak lupa jadi bahasan. Banyak cerita juga bapaknya mengenai pengalaman hidup di Tangerang bersama istri yang hingga kini di 6 tahun pernikahan belum juga diamanahkan keturuanan beliau tak lupa untuk meminta doa saya agar lekas diberi momongan ditengah keluarga kecilnya. Bapak rider juga langsung mendoakan saya ketika tau saya sedang menjadi anak magang di PT. Angkasa Pura II “Semoga setelah lulus menjadi karyawan angkasa pura ya neng”.

Perjalanan ke Ciledug lumayan jauh ditambah cuaca cukup panas belum lagi macetnya masyaAllah dan bapaknya belum tau jalan didaerah tersebut, ditambah lagi lokasi tujuan tidak sesuai. Alhasil sayapun muter-muter terlebih dahulu sebelum sampai tujuan karna tidak tau jalan hingga bapaknya berinisiatif untuk mengakhiri orderan agar saya tidak mendapatkan tarif yang lebih mahal lagi sayapun menyetujuinya. Bapak rider mengantarkan saya ke lokasi tujuan dengan suka rela tanpa perlu membayar tambahan lagi karna kasian liat saya yang kebingunagn tuturnya, baik sekali bapak ini. Beliau bercerita bahwa “ngojek bukan hanya sekedar mencari rizki halal namun juga ladang pahala kita untuk menunaikan bantuan kepada orang”.

Setelah beberapa kali bertanya akhirnya saya pun sampai dilokasi tujuan dengan selamat sentosa tanpa kurang suatu apapun, bapak rider saya berikan uang lebih sebagai tanda terima kasih meskipun menolak awalnya.

****

Hari-hari kami lewati sebagai anak magang, bersama rutinitas yang sama yaitu rekap data dan pukul 16.30 adalah waktu krusial yang dinanti-nanti buat saya apalagi kalo bukan jam pulang kantor. Sebagai anak magang yang tidak memiliki kendaraan, ojek online lah yang menjadi alternatif transportasi saat itu meskipun ada beberapa angkot namun jarang ada yang lewat jika sudah lebih dari jam 5 sore. Menariknya, beberapa kali saya memperoleh rider yang sama bahkan sampai hafal tanpa maps kelokasi tujuan. Saat itu kebanyakan rider ojek online adalah orang-orang yang kerja dibandara diantaranya adalah orang kargo. Banyak cerita saya dapatkan selama perjalanan dari para rider ini. Sehingga topik tentang ojek online adalah menu pembicaraan kami sehari-hari sepulang kerja. Kebanyakan cerita suka dan lucunya sih dibandingkan dukanya, belum lagi yang pada curhat tentang penumpang, kehidupan sosial, ekonomi dsb. Bahkan gak sedikit yang mendoakan agar kelak bisa menjadi pegawai benerannya perusahaan tempat magang  saat itu AAmiin. Sukses terus ya mamang-mamang yang menemani cerita satu bulan kita.

****  

Dan taraaa, terakhir menggunakan ojek mobil online adalah ketika sampai di bandara Adisutjipto Yogyakarta ada moment menegangkan ketika itu dimana saat kita diserbu oleh bapak-bapak taksi yang menawarkan harga lumayan mahal meskipun bapak-bapak tersebut bilang sudah diberi potongan dan bahkan sampai mengejar-ngejar kita meskipun saya sudah menyatakan akan dijemput oleh saudara dalam hal ini yang paling membuat kecewa adalah cara mereka memaksa maklum baru turun dari pesawat, hujan, ditambah lagi 30 menitan menunggu bagasi itu sudah sangat membuat mood tidak bersahabat apalagi mendengar banyaknya suara yang menghampiri di kanan dan kiri ingin rasanya lekas sampai kosan. Saya tidak habis pikir saat itu adalah mendapatkan ancaman dari bapak-bapaknya seperti “Awas ya mb, kalo pesan taksi online bisa habis, runyam urusannya nanti” dengan wajah tegang beliau tambah membuat saya kemelut saja malam itu maksudnya “habis” disini apa ey?, dan memang saat itu saya sudah memesan taksi online dan tinggal menunggu jemputan saja, tambah bikin panik lagi ketika bapak driver bilang bahwa jangan hidupkan hp selama saya menjemput, oke saya ikutin intruksinya sebab sebelumnya sudah mendapatkan cancel dari driver padahal udah nunggu jadi okein saja.

Yang membuat tidak habis pikir disaat saya sedang panik-paniknya datanglah bapak driver dengan santai langsung membawa koper saya ke mobil, saat itu saya sudah intruksikan menggunakan baju apa, jilbab apa, dan sedang berdiri dimana  bapaknya tiba-tiba muncul dengan bilang “Mba, Linda?” oh iya Pak langsung aja reflek mikir kok bapaknya biasa aja dan tumben-tumbennya bapak driver jemput saya bukan dengan kendaraan ternyata eh ternyata itu adalah bagian dari strateginya agar tidak mendapat perlakuan buruk dari supir taksi lainnya. Terima kasih banyak bapak, sudah menyelamatkan kami dari serbuan tawaran dan harga yang tak ramah bagi mahasiswa itu.

Disepanjang perjalanan ceritalah saya bahwa sudah deg-deg kan sama bapak drivernya takut terjadi apa-apa, eh bapaknya malah ketawa dan nanggepinnya santai aja karna memang sudah disiasati dari awal. Perjalanan bandara kekosan cukup memakan waktu lama akhirnya sampailah pada pertanyaan

“Biasanya driver sampai jam berapa Pak?” ini sudah mau pulang      mb karna memang kita satu jalur jadi sekalian saja.

“dan bla-bla-bla”

Bapaknya cerita jika beliau berhasil menguliahkan kedua putranya sampai dengan sarjana di Universitas Gajah Mada meskipun sebagai supir taksi dimana Universitas ini dulunya adalah mimpi si bapak yang memutuskan tidak kuliah sebab tidak jua diterima meskipun sudah tes 3 kali.

Ayah si bapak seorang tentara dulunya tentu hal tersebut adalah keputusan yang berat ketika tau anaknya tidak ingin melanjutkan kuliah namun sang ayah sungguh mengerti bagaimana membentuk anaknya menjadi seseorang yang bertanggung jawab atas keputusan besar tersebut. Waktupun berjalan, rasa ketidakpuasan bapak tersebut akhirnya diwujudkan oleh kedua anaknya dimana setiap jam 12.00 malam selalu membangunkan anak-anaknya untuk mengerjakan sholat tahajud dan memberikan seperti suntikan semangat tersirat

“Nak, bapak kerja (sebagai supir taksi) dari pagi sampai dengan malam ini hanya dapat segini, kalian mesti tetap bersyukur dan harus lebih dari bapak giat belajarnya dan jangan lupa selalu berdoa”.

Akhirnya, singkat cerita si sulung pun lulus dan memperoleh tempat kerja yang baik yakni di Aneka Tambang. Awalnya, sang ibu tidak mengizinkan bahkan marah besar pada suaminya dikarnakan malah meminta anaknya bekerja jauh dari rumah dan sempat ngambek tidak teguran sama si bapak (saya yang denger malah jadi senyum sendiri). Lain cerita saat diakhir-akhir bulan kata si bapak tiba-tiba si ibu malah senyum sendiri dan ramah lagi sama bapak ternyata eh ternyata baru dapat kiriman dari sang anak yang meminta ibu untuk membuat rekening bank sendiri.

“Wanita mah kalo udah dikasih berupa materi langsung jadi peri lagi, gelak si bapak” (kita malah ketawa).

Berselang tidak beberapa lama sang anak membelikan kendaraan roda empat untuk kedua orang tuanya yang saat ini digunakan sebagai kendaraan taksi online, bahkan ketika berkunjung ke Jogja sang kakak membelikan kendaraan roda dua buat sang adik tanpa sepengatuan orang tuanya.

“Yang bikin saya pertama kali nangis didepan anak-anak itu mb, ketika mengantarkan sang kakak kembali ketempat kerja” loh kenapa Pak? Tanya saya.

“Gak nyangka sama ucapan si kakak kepada adiknya, rukunnya mereka berdua itu bikin suasana memang jadi haru ditambah lagi si kakak bilang kepada adiknya -“dik, dulu mas kuliah gak diberikan fasilitas kendaraan sama bapak ibu namun mas tetap semangat biar bapak ibu bisa senyum liat mas, dan Ahamdulillah berkat Do’a beliau berdua segala urusan mas dipermudah jadi karna kamu mas berikan fasilitas kendaraan bukan untuk menurunkan prestasi akademikmu melainkan hanya membantu mobilitasmu saja tidak lebih, yaudah mas pamit ya ”. ketika itu saya yang mendengar sebagai bapak langsung nangis mb, liat anak saya sudah besar dan mampu memberi nasihat luar biasa kepada adiknya.

“Pak, ini kita bentar lagi sampai” (saya mengingatkan) 
Berakhirnya cerita sang bapak berakhir pula perjalanan kita.

Wah, terima kasih banyak Pak sudah mau banyak berbagi pada kita yang mahasiswa ini menginspirasi sekali yang terkadang sering lupa atas jasa-jasa kedua orang tua sebab ego sendiri. Terima kasih Bapak. Btw bapaknya baru 5 hari jadi driver dan baru beberapa hari pula mengoperasikan Smartphone pemberian anaknya yang katanya kalo mengirim pesan bukan seperti bapak sama anak melainkan teman, anak saya sering sms saya “Gimana coy hari ini?” mantap bro jawab saya haha lucu sih kalo dipikir-pikir.

****

Masih banyak lagi cerita lainnya, seperti rider yang masih mahasiswa, rider yang keturunan arab dan double degre, ataupun bapak driver yang shock liat argo Rp.0,- padahal sudah mengantarkan berkilo-kilo meter dan lainnya namun saya cukupkan sampai disini ceritanya

****

Tulisan ini adalah refleksi bentuk kekecewaan saya terhadap bentrok yang sering terjadi antara jasa transportasi konvensional dan online yang bahkan sampai memakan korban Nauzubillah, sekeras inikah kehidupan kita saat ini untuk mencari makan yang halal hati nurani tergadaikan rasa kemanusiaan terabaikan persaudaaraan pun hancur sebab berebut penumpang, budaya timur seolah terlupakan karna setoran yang mengejar, namun penumpang tak kunjung datang.

Bukan ingin menjatuhkan salah satu diantaranya tapi kita sebagai manusia yang hidup dijaman modern dan teknologi seperti saat ini memang tidak mampu mengelak atas tawaran kemudahan yang diberikan dan inovasi-inovasi terbarukan yang tentu siap bersaing dipasaran. Jika diflashback kembali dahulu sebelum ada telfon genggam (HP) wartel dan telfon koin menjamur dimana-mana namun setelah muncul HP wartel dan telfon-telfon tersebut sudah ditinggalkan beralih pada mode komunikasi yang lebih praktis yakni Handphone yang saat ini berkembang lagi menjadi smartphone dan mungkin akan terus berkembang. Apakah dulu wartel-wartel tersebut mengadakan demo? Karna akhirnya mereka tutup dan gulung tikar. Nyatanya tidak bukan orang saat itu sepertinya lebih sabar dan menerima dibandingkan sekarang, kalo iya mereka protes mungkin hingga saat ini tidak pernah menggunakan kan HP. Apakah iya dengan hadirnya ojek online tersebut malah membuat kebrutalan dimana-mana semakin menjadi-jadi tambah mirisnya adalah salah seorang pelaku kerusuhan hanya ikut-ikutan meskipun merusak kendaraan taksi online dan bahkan ada mahasiswa yang menunggak membayar kuliah sampai cuti dikarnakan keterbatasan biaya dan memilih ojek online untuk menghidupinya namun naas pun ia alami ketika ditabrak dengan sengaja oleh seorang pengendara transportasi umum yang telah dibakar emosi. Duh mari Pak istighfar dulu, dan mari mencari jawaban kenapa penumpang saat ini lebih banyak menggunakan jasa online dibandingkan konvensional. Jika mengetahui jawabannya akan tau hal-hal yang perlu ditingkatkan dan perlu dibenahi selama ini. Sambil bertanya pada diri sudah ditaraf itukah saya saat ini dalam memberi pelayanan terbaik kepada penumpang?, dan jujur saya sebagai pengguna ojek online merasa aman saat itu dikarnakan data rider yang langsung terhubung pada email saya, ditambah lagi bapak ridenya sopan-sopan dan ramah. 


Salah kah mereka yang mencari rezeki halal untuk keluarganya? Atau diantara kalian telah kufur nikmat dan suudzon pada sang pemberi rizki yaitu ALLAH SWT karna khawatir tidak diberi rizki esok hari?, padahal tidak ada satu makhluk pun yang tidak dijamin oleh ALLAH SWT atas rizkinya, andalah yang tau jawabannya.

 See you.
Powered by Blogger.