[Transportasi Udara]

LEBIH NYAMAN TERBANG PAKE MASKAPAI APA?


Tulisan ini sebagai bentuk refleksi rindu atas rumah yang hanya mampu saya sambangi satu taun sekali ketika liburan idul fitri tiba saja. Tidak bermaksud ingin melemahkan atau melebihkan salah satu maskapai hanya saja sebagian dari pengalaman yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca, apalagi saat ini musim mudik pelajar/mahasiswa telah didepan mata setelah kurang lebih dua minggu lamanya melaksanakan Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil khususnya Universitas Islam Indonesia kampus islami saya tercinta. 

   Bagi kebanyakan mahasiswa dari luar Yogyakarta beberapa diantaranya menggunakan transportasi udara sebagai pilihan untuk sampai kekampung halaman selain hemat waktu juga hemat tenaga sehingga kepraktisan tersebut pun akan sebanding dengan tiket yang harus dibayarkan tapi menurut saya tak masalah asalkan sesuai dengan pelayanan yang didapatkan. Berikut adalah beberapa maskapai yang pernah saya gunakan untuk sampai ke pulau sebrang Sumatra. Merupakan opini pribadi berdasarkan pengalaman yang pernah didapatkan dari beberapa maskapai penerbangan bukan berdasarkan parameter penerbangan atau asosiasi penerbangan sipil internasional semacam SkyTrax, IATA, ICAO, FAA atau apapun itu, karna saya memang orang awam untuk hal tersebut.

1. GARUDA INDONESIA


Mungkin banyak penumpang yang satu pemikiran dengan saya untuk pelayanan dan fasilitas yang disediakan sesuai dengan harga mahal yang harus kita bayarkan. Maka, wajar saja jika maskapai penerbangan Garuda Indonesia sering mendapatkan penghargaan baik nasional maupun international salah satunya “The World’s Best Cabin Crew 2016”. Kenyamanan yang saya peroleh ketika terbang menggunakan pesawat ini tidak ada yang menyamakan dengan maskapai lain, tempat duduk yang luas dan high class, tersedianya makanan ringan seperti Tango, terdapat beberapa majalah yang bisa dijadikan bahan bacaan dibelakang kursi penumpang, adanya USB dan Stop kontak disetiap kursi, tempat duduk yang dapat disesuaikan, adanya pijakan kaki, kemudian LCD TV (in-fligt entertaiment system) sehingga ketika didalam pesawat penumpang dapat melihat/memantau sudah sampai mana penerbangan ini, serta saya juga bisa memilih beberapa hiburan seperti film, musik dan lain sebagainya dari layar tersebut.

 Pramugari di pesawat ini tinggi-tinggi karna cabinnya juga posisinya tinggi banget haha, tapi kurang ramah sih jika dibandingkan pramugari maskapai lain mungkin ini kebetulan untuk Rute bandara Adisutjipto (Yogyakarta) - Sultan Thaha (Jambi). Karna, bisa jadi untuk rute lain beda lagi yang didapatkan. Sempat berfikir jika class ekonomi saja sudah begini fasilitas dan pelayanan yang didapatkan bagaimana dengan class bisnisnya pasti lebih WOW. Berbicara mengenai pramugari sepertinya untuk kostum yang dikenakan sedikit lebih sopan dibanding maskapai lain.

2. SRIWIJAYA AIR


Sriwijaya Air merupakan satu-satunya maskapai yang baru ada di bandara kecil didaerah saya Muara Bungo, Jambi sehingga menjadi pilihan transportasi udara utama yang digunakan masyarakat disana tapi sayangnya hanya memiliki jam terbang tiga kali saja dalam seminggu sehingga saya lebih memilih Bandara Provinsi, selain memiliki jam terbang setiap hari melalui Bandara Sultan Thaha juga saya mendapatkan harga yang lebih murah meskipun harus menempuh 6 jam perjalanan lagi melalui jalur darat, heem suka duka kalo mau mudik ini mah.

Punya pengalaman menarik ketika menggunakan maskapai Sriwijaya Air ini, didasari karna keinginan mencoba penerbangan murah selain menggunakan maskapai Singa saya pun mencoba membeli tiket pesawat secara online dengan beda pesawat salah satunya yaitu Sriwijaya Air, perjalanan Jambi-Jakarta saya menggunakan pesawat Citilink sedangkan Jakarta-Jogja menggunakan Sriwijaya Air. Perlu diketahui resiko yang bakal kita dapatkan ketika memesan tiket beda maskapai adalah tidak adanya ganti rugi saat tertinggal pesawat karna tidak adanya asuransi yang diperoleh oleh penumpang dan hal ini cukup membuat saya khawatir sebab sebelumnya di bandara Sultan Thaha saya mengalami delay selama kurang lebih dua jam alhasil selama dibandara saya banyakin sholawat agar hujan badai pun lekas reda.

Sesampainya di bandara Soekarno Hatta kekhawatiran belum juga usai, karna beda pesawat akhirnya mengharuskan saya untuk mengambil tas dari Bagasi Citilink untuk dipindahkan ke bagasi maskapai Sriwijaya Air dan pasti ini mengharuskan saya Check In kembali hal tersebut sungguh sangat-sangat merepotkan. Belum lagi ketika menunggu koper dari bagasi Citilink lama banget keluarnya sedangkan 20 menit lagi penerbangan Sriwijaya akan segera berangkat, waktu itu perasaan campur aduk ditambah hujan lagi diluar. Kemudian, setelah tas didapatkan saya pun langsung mengambil Troli kemudian mencari terminal Sriwijaya untuk melakukan Check In dan You Know What hingga hampir lebih dari 5 petugas bandara yang saya tanyakan, kurang lebih seperti ini Maaf Pak, terminal untuk Check-In Pesawat Sriwijaya dimana ya? Jawabannya pun menyatakan agar saya jalan terus sampai saya ragu kenapa tidak sampai-sampai mungkin sudah lebih dari 1,5 km melewati beberapa terminal dengan lari kecil sambil mendorong troli membawa massa beban lebih dari 17 kg yang memang ketika itu saya tidak sempat memilih troli bagus sehingga saya mendapatkan troli yang sudah karatan dan ketika digunakan berjalan si Troli bisa geser kekanan sendiri betapa ribetnya, sepertinya ada problem pada ban si troli sehingga membuat saya cukup melelahkan apalagi cuma sendirian huwaa.

Sesampainya ditempat Check-in saya lumayan lega dan segera menuju ruang tunggu penumpang dengan keringat yang sudah bercucuran, serta jilbab yag tak karuan dan jam penerbangan yang sebentar lagi, ini jadi pelajaran sih kalo mau terbang beda maskapai seharusnya diperhitungkan jeda waktu keberangkatannya, sebenarnya saya sudah melakukan ini namun ketika pesawat pertama delay bukan kuasa saya sebagai penumpang.

Ketika baru saja duduk dikursi tunggu penumpang, kabar delaypun saya dapatkan MasyaAllah ini keajaiban fikir saya karna memang saat sampai ruang tunggu saya sudah lewat jam terbang. Tapi, saya mengalami delay terlama menggunakan maskapai ini hampir lebih dari 6 jam dan sehingga bejubel penumpang di ruang tunggu sampai pada lesehan karna tidak mendapatkan kursi ditambah lagi banyaknya anak bayi yang rewel menambah suasana menunggu (read:Rossa) semakin tidak nyaman waktu itu. Sampai-sampai penumpang pada ngamuk-ngamuk dan marahin petugas Sriwijaya Air, kasian juga si sebenernya sama mb-mb dan mas-mas petugasnya tapi itu sudah keterlaluan banget untuk lama waktu delay-nya. Selama menunggu saya sering GR ketika ada Pilot dan Pramugari akan bersiap ke pesawat saya kira giliran rute saya selanjutnya tapi salah semua belum lagi besok saya ada UTS, nggak mau lagi dah pulkam mepet2 hari gini siksa batin euy. Dari sore sampai dengan malam hari tak jua terbang, dan berkali-kali pula petugas menjadi sasaran amarah para penumpang. Para penumpang pun menuntut hak nya ketika mengalami seperti ini sebab ada peraturannya tersendiri, seperti dibawah ini.

Jenis-jenis keterlambatan kemudian diperjelas dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 89 Tahun 2015 Penanganan Keterlambatan Penerbangan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia(Permenhub 89/2015). Menurut Pasal 2 Permenhub 89/2015, keterlambatan penerbangan pada badan usaha angkutan udara niaga berjadwal terdiri dari:

a.    Keterlambatan penerbangan (flight delayed);
b.  Tidak terangkutnya penumpang dengan alasan kapasitas    pesawat udara (denied boarding      passenger); dan
c.    Pembatalan penerbangan (cancelation of flight).

Dalam hal terjadi keterlambatan penerbangan (flight delayed) Badan Usaha Angkutan Udara wajib memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada penumpangnya.

Kategori 1 Keterlambatan 30 Menit s/d 60 Menit
Kompensasi berupa minuman ringan
Kategori 2 Keterlambatan 61 menit s/d 120 menit
Kompensasi berupa minuman dan makanan ringan (snack box)
Kategori 3 Keterlambatan 121 menit s/d 180 menit
Kompensasi berupa minuman dan makanan berat (heavy meal)
Kategori 4 Keterlambatan 181 menit s/d 240 menit
Kompensasi berupa minuman, makanan ringan (snack box), makanan berat (heavy meal)
Kategori 5 Keterlambatan lebih dari 240 menit
Kompensasi berupa ganti rugi sebesar Rp. 300.000
Kategori 6 Pembatalan Penerbangan yaitu penumpang dapat dialihkan ke penerbangan berikutnya atau mengembalikan seluruh biaya tiket.
Btw dari seluruh kompensasi yang tertulis diatas saya mendapatkan kompensasi tersebut mulai dari minuman, makanan, bahkan voucher ganti rugi sebesar 300 ribu yang kemudian dapat saya tukarkan di bank Mandiri didalam kampus. Alhasil, untuk penerbangan Jambi-Jogja saya (orang tua tepatnya haha) hanya mengeluarkan uang 400 ribu saja dan ini lebih murah bahkan dibandingkan naik bus dan saya menyatakan jika Sriwijaya Air BERTANGGUNG JAWAB akan pegantian kompensasi ini karna memang cuaca buruk tidak dapat dihindarkan waktu itu ketimbang ada apa-apa ketika terbang juga kan demi keselamatan penumpang si sebenarnya jika dipaksakan terbang. Kemudian sekitar pukul 11.30 malam kami semua diterbangkan menuju Jogja dan sesampainya dibandara Jogja suasana sudah sepi sehingga para supir taksi memanfaatkan harga hingga dua kali lipat dari biasanya menuju Jalan Kaliurang bahkan sampai dua ratus ribu huwaa sedih, karna sudah tengah malam mau gak mau jadi pilihan. Meskipun begitu, saya tidak kapok menggunakan maskapai ini selain bertanggung jawab juga sebagai penumpang mendapatkan kenyamanan ketika terbang seperti kursi penumpang yang luas serta mendapat makanan ringan Tango juga seperti Garuda Indonesia.

3. LION AIR


Lanjut, cerita saya pada maskapai sejuta umat ini. Harga tiket yang murah dan sering mangadakan promo menjadi keunggulan tersendiri dibanding maskapai lain bahkan saya beberapa kali mendapatkan tiket dikisaran harga 700 ribu dimana harga normalnya yaitu 900-1,2 juta untuk penerbangan Jambi-Jogja. Tapi, ya gitu sehingga sesuai dengan pelayanan yang diperoleh penumpang yaitu biasa saja bahkan saya waktu pertama kali terbang menggunakan pesawat ini dalam keadaan perut kosong berharapnya mendapat snack ketika dalam perjalanan nyatanya Zonk huwaa sampai bandara Soeta saya benar-benar lapar akhirnya, dan cukup berfikiran tidak ingin menggunakan maskapai penerbangan ini lagi kalau enggak tergiur dan kepepet dengan harganya yang murah. Selain kursi penumpang yang sempit, saya juga tidak bisa bersandar dikursi yang saya gunakan karna kurang nyaman pada posisi yang didapatkan, jika menurunkan senderan kursi eh sudah kena penumpang dibelakang.

Tapi, mb-mb Pramugari di maskapai ini kostumnya menarik mata euy jadi tidak mengganggu mata serta ramah-ramah juga. Gak terlalu banyak yang bisa dibahas karna selain unggul dalam delay saya tidak tau lagi harus berkata apalagi. Maskapai ini menjadi maskapai favoritnya mahasiswa dikarnakan harganya yang murah, bisa dijadikan pilihan sesuai dengan slogan yang tertulis di badan pesawat Everyone Can Fly.

4. Citilink Air



Yang saya tau Citilink adalah anak pesawat dari Garuda namun sayang fasilitas yang didapatkan jauh berbeda. Beberapa kali saya mendapatkan teguran dari mb-mb pramugarinya ketika menurunkan kursi penumpang karna kursi yang saya gunakan posisinya nyaris 900 dan ini sangat-sangat tidak nyaman untuk duduk dan buat sekedar bersandar sambil memejamkan mata menghilangkan penat ditambah lagi tidak mendapatkan snack menggunakan maskapai ini. Harga tiketnyapun juga tidak termasuk dalam kategori murah mungkin saya cukup sekali itu saja menggunakan Citilink menjadi pilihan terakhir jika tidak kepepet. Space kursi penumpang sangat kecil bahkan untuk sekedar selonjoran saja susah maka dari itu suka nyuri-nyuri kesempatan untuk menurunkan kursi. Fasilitas yang didapatkan didalam pesawat pun tidak ada yang istimewa biasa saja, ditambah lagi mb pramugarinya besok-besok Make Up nya dirapihin lagi yaah soalnya bedak diwajah malahan beda warna sama di leher ini menjadi suatu hal yang bikin agak merusak pemandangan padahal jelas mb-mb pramugari menjadi seseorang yang sering wira-wiri ditengah-tengah penumpang dan entah kenapa ketika melihat kostum mb-mb pramugari yang dikenakan agak aneh gitu baju berwarna hijau dengan ikat pinggang berwarna putih cerah besar dipadukan dengan rok pendek yang super mini, saya tidak habis pikir apa yang ada didalam pemikiran designer nya, karna memaksakan ingin selaras dengan warna pesawat tapi malah jadinya agak gimana gitu (*namanya juga penumpang ada-ada aja mah yang diperhatiin).

Sebelumnya saya sudah menceritakan jika mengalami delay menggunakan pesawat ini selama dua jam, sambil menunggu akhirnya saya memutuskan untuk makan dibandara dan Bakso Solo menjadi pilihan karna saya menganggap memiliki harga paling murah dibanding makanan lain. Ketika duduk dikursi pesanan sumpah saya kaget ternyata Mitos makanan dibandara itu mahal ternyata benar bukan isapan jempol belaka, saya fikir estimasi harga untuk makan bakso di Bandara tidak semahal kenyataannya karna jika bakso di luar maksimal harga 15 ribu mungkin dibandara saya membayar dengan harga 25 ribu maksimal ternyata semua salah tidak satupun daftar menu dikisaran harga 20 ribuan bahkan yang paling murah adalah 44 ribu untuk satu mangkuk bakso tanpa minum dan kejadian ini membuat saya nggak mau lagi beli makan dibandara haha, uang yang seharusnya bisa membeli bermacam makanan akhirnya hanya untuk semangkuk bakso yang rasanya sama saja dengan ketika beli diluar. Tidak habis fikir kenapa bisa berkai-kali lipat lebih mahal dari biasanya gini. Ini baru bakso gak tau lagi makanan lain, saran aja sih mending bawa bekel dari rumah.

Sekian pengalaman yang bisa saya bagikan dari empat jenis maskapi tersebut saya mengunggulkan maskapi Garuda Indonesia diabanding yang lain, mungkin beberapa dari pembaca sependapat akan hal ini. Sekian dari saya semoga berkenan serta minta doanya karna sebentar lagi saya akan menjalankan Kerja Praktek di perusahaan yang membawahi seluruh maskapai tersebut yakni PT Angkasa Pura II Jakarta yang posisi kantornya berada ditengah bandara Soekarno Hatta selama satu bulan dari awal Februari 2017. 

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.