PEMULIHAN PASCA OPERASI USUS BUNTU (Apendisitis Akut)


Melanjutkan cerita perihal operasi usus buntu kemarin di https://www.lindaknia.com/operasi-usus-buntu/ karna kebanyakan dari isi kisah ini adalah curhat maka aku memutuskan untuk posting disini saja, kali ini aku akan menceritakan apa saja yang dilakukan untuk membantu mempercepat penyembuhan pasca operasi usus buntu tersebut. Karna biasanya para pasien yang menjalani operasi ini proses pemulihan bisa mencapai 4-6 minggu untuk bisa kembali menjalani rutinitas seperti semula, namun Alhamdulillahnya empat harian setelah operasi tersebut aku bisa melakukan beberapa kegiatan secara normal. Operasi usus buntu adalah pengangkatan usus buntu/umbai cacing/apendisitis yang hanya dilakukan satu kali dalam seumur hidup. Jadi, gak perlu khawatir akan ada operai usus buntu lagi dikemudian hari jikalau hasil operasi tidak terjadi infeksi maka keep calm aja.

Akhir-akhir ini aku banyak mendengar beberapa kabar seputar operasi usus buntu dari orang-orang sekitar, banyak pula yang menanyakan perihal pantangan makanan, maupun kegiatan yang sebaiknya dihindari pasca operasi, sehingga aku fikir informasi ini setidaknya akan berguna untuk teman-teman yang diliputi kekhawatiran pasca operasi usus buntu tersebut.

Menurut dokter, operasi adalah jalan satu-satunya pengobatan yang dianggap paling baik, dikarnakan pil atupun antibiotik yang diberikan akan bekerja kurang optimal oleh tubuh sehingga akan menghambat proses penyembuhan karna penyerapan tubuh terhadap obat-obat tersebut tidak bisa instan maka memang hanya operasi lah yang dianggap sebagai cara paling tepat.

Oya, sedikit informasi bahwa sebenarnya alternatif untuk menjalanioperasi usus buntu ini ada dua yaitu operasi terbuka (konvensional) dan operasi Laparoskopi kedua operasi ini sama-sama aman hanya saja kelebihan terdapat pada hasil sayatan operasinya yaitu pada operasi Laparoskop bekas sayatan operasi sangat kecil dan bahkan hanya sepanjang 1cm.
Untuk lebih paham lagi tentang metode operasi usus buntu, berikut ini akan sedikit dijabarkan. Jika pasien memilih Operasi Usus Buntu Terbuka maka Dokter bedah akan membuat satu sayatan pada bagian kanan bawah perut pasien dan melihat langsung kondisi usus di dalam rongga perut. Usus buntu dipotong dan dibuang dan luka ditutup dengan jahitan. Sedangkan, Operasi Usus Buntu Laparoskopi Dokter bedah mengakses usus buntu melalui beberapa sayatan kecil di perut. Dokter bedah menggunakan instrumen seperti tabung (selang) untuk beroperasi pada organ yang terinfeksi. Ada kamera di salah satu alat tersebut yang memungkinkan dokter bedah untuk melihat ke dalam rongga perut dan membimbing instrumen agar tepat sasaran. Setelah usus buntu di buang, sayatan kecil dibersihkan dan ditutup. Risiko infeksi dari metode laparoskopi ini lebih rendah dari dari usus buntu terbuka karena luka sayatan yang lebih kecil.
Sumber: Operasi Usus Buntu (Appendectomy) - Mediskus.

Dalam operai ini aku memilih operasi terbuka mengingat biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal dengan kebermanfaatan dan hasil operasi yang tidak terlalu jauh beda dengan operasi laparoskopi.

Back to topic, mengenai proses pemulihan pasca operasi usus buntu yang aku lakukan.

Setelah menjalani rawat inap selama tiga hari di rumah sakit, akupun diperbolehkan pulang dengan kondisi tubuh yang tentu lebih baik dari sebelumnya meskipun nyeri pasca operasi masih terasa. Aku memang sudah merasa tidak nyaman berlama-lama terbaring dirumah sakit dengan menu makanan bubur setiap harinya. Oleh karna itu, sesering mungkin aku talk to myself bahwa aku sudah sembuh dan aku baik-baik saja. Hari sabtu keluar dari rumah sakit, kemudian pada hari minggu langsung terbang menuju Jogja. Sebenarnya, kala itu sepanjang jalan diliputi kegelisahan sebab dua hari kemudian aku mendapatkan jadwal ujian tertulis kolokium dikarnakan tidak ingin menunda lagi untuk melaksanakan kolokium maka sebisa mungkin ku usahakan tubuhku hadir di auditorium hari itu. Untuk berangkat kekampus, aku merasa belum mampu untuk berangkat sendirian mengendari motor karna memang nyeri pasca operasi masih belum hilang.

Pasca operasi nafsu makanku semakin bertambah ini itu mau dimakan rasanya, dan Alhamdulillahnya untuk urusan makanan ini tidak ada pantangan kata dokter.

Ingat banget waktu masa-masa pemulihan pasca operasi aku sabarkan diri untuk makan beragam pil-pil pereda nyeri yang hanya dalam tiga hari sudah habis kemudian harus sabar ketika memacu kendaraan dengan pelan sekali ditambah lagi perjalanan dari kos menuju kampus harus melewati banyak polisi tidur dan itu cukup membuat nyeri pasca operasi akan tiba-tiba kembali muncul.

Beragam pertanyaan aku terima seperti “loh lin udah ke kampus aja?”, “kirain masih dirumah sakit?” atau “Yakin, mau ikut ujian hari ini?” dan lain sebagainya. Pikirku, aku yang punya kendali atas tubuhku sehingga aku berusaha memberi sugesti pada tubuh bahwa aku sedang baik-baik saja.

 Dalam proses pemulihan ini orang tua menyarankan membeli obat china untuk mempercepat pengeringan bagian dalam pasca operasi dan you know what harganya? Satu juta. Jelas aku langsung nolak karna sadar diri gak pernah ngabisin obat apapun kalo sakit takut eman-eman aja gitu. Obat tambahan yang diberikan dokter setelah kontrol sepertinya memiliki dosis yang cukup tinggi sehingga memberikan efek samping jantung berdebar setelah makan obat tersebut baru dua butir diminum dan akhirnya aku hentikan. Meskipun menghentikan minum obat aku tetap menjalani ritual makan putih telur rebus dengan memisahkan kuningnya sehari bisa makan 4-6 butir telur rebus. Selain itu aku juga makan ikan gabus dan suplemen ikan kutuk (obat china) ini rutin setiap hari aku konsumsi demi penyembuhan sesegera mungkin yang aku harapkan.

Selama masa pemulihan tersebut juga, aku dilarang oleh orang tua melakukan kegiatan-kegiatan berat seperti mengangkat ember cucian dll. Selain itu aku jaga hati dan fikiran untuk tetap dalam perasaan bahagia dan positive thinking, sebisa mungkin aku menghindari orang-orang yang dapat memicu bad mood dan lain-lainnya. Gatau kenapa semasa pemulihan itu aku merasa bahagia aja kalo ngampus berasa ada rindu dan kemudian bertemu, seperti liftnya ruangannya mas parkir, bapak-bapak akademik maupun dosen-dosen membuatku bahagia setiap pergi kekampus sehingga merasa ada suntikan energi positif mungkin ini jugalah yang mempercepat penyembuhan.

Selama satu minggu pasca operasi sebenarnya aku tidak benar-benar istirahat ada ujian susulan yang perlu diurus dan rangkaian ujian kolium yang harus segera dituntaskan. Bolak-balik kampus ditambah aku juga menemani orang tua untuk berkeliling jogja sedetikpun tak kusediakan waktu untuk tubuhku bermanja. Perlahan rasa nyeri itu pun hilang, dah bahkan jikalau dalam banyak artikel diinternet menyatakan pasien akan sembuh total dalam jangka waktu 4-6 mingggu Alhamdulillahnya aku tidak selama itu bahkan dokter-dokter tempat kontrolpun menyatakan keheranannya dalam hitungan hari sudah membaik saja, belum lagi beberapa orang yang aku temui heran kalo aku ini baru saja menjalani operasi.Sebab, kalo banyak ngeluh kasian orang tua akan semakin tidak tega meninggalkanku di Jogja..

Sekarang, aku benar-benar menghindari makanan pedas, mie instan dan sebisa mungkin memperbanyak konsumsi sayuran dan memperbaiki pola makan dikarnakan sehat itu mahal, jikalau bisa dicegah dan dirawat kenapa harus mngobati.


[REVIEW PRODUCT] 
TIDAK TAKUT WAJAH BELANG BERKAT WARDAH SUN CARE SUNSCREEN GEL SPF 30 PA++++ WITH ALOE VERA



Dewasa ini kebutuhan akan sunscreen memang sedang marak digandrungi dikalangan pecinta perawatan kulit selain untuk melindungi diri dari sengatan jahat sinar matahari namun juga sebagai pelindung dari penyebab kanker kulit, sehingga disadari atau tidak perlindungan dari sun care menjadi kebutuhan primer untuk kami para wanita.

Dulunya aku gak terlalu peduli dengan sinar matahari yang katanya membuat hitam kulit ataupun keharusan untuk mengenakan sunblock apabila keluar rumah namun kini mulai tau mengenai betapa pentingnya perlindungan kulit dari sinar UV maka, mulai lah aku mencoba sunscreen dari wardah yang SPF 30. Referensi sunscreen ini aku peroleh dari para beauty vlogger yang menyatakan bagus dari hasil reviewnya jadilah aku tertarik dan membeli. Untung saja sunscreen ini mudah ditemui diminimarket terdekat contohnya saja Mitra Swalayan yang berada di jalan Kaliurang km 14.3.

Saat ini aku sudah memasuki bulan ke tujuh pemakaian dan merasa nyaman sehingga tak membuatku memalingkan hati pada produk sunscreen lainnya. Sunscreen wardah ini merupakan sunscreen pertama yang aku coba dan hasilnya memuaskan meskipun terkadang malah membuat kulit jadi tampak berminyak dan sedikit rada kusam jikalau digunakan seharian padahal tipe kulit ku sendiri adalah kulit kering.

Kemasannya yang praktis dan ekonomis berbahan plastic berbentuk tube dengan berat bersih 40 ml. tutupnya flip-flop nan kokok jadi gak khawatir meluber kemana-mana kalo didalam tas hal inilah yang membuatku menjatuhkan pilihan untuk membawanya setia didalam daftar barang wajib yang tak boleh ketinggalan dan bahkan tak jarang selalu menemaniku ketika keluar kota sebagai perlindungan utama kulit wajahku.

Dan bahkan ketika KKN teman-teman satu unit heran terhadap tidak berubahnya warna kulitku meskiupun berkegiatan seharian dibawah terik sinar matahari dan bahkan tidak belang sedikitpun meskipun aku mengenakan hijab, dan hal ini semakin memperparah untuk tetap jatuh hati. Dalam pemakaian normal pengapikasian sebesar biji jagung produk ini bisa bertahan selama 2 bulanan dan bahkan lebih jikalau ketika menggunakan trik ini apabila dipencet sudah tidak bisa lagi gelnya keluar kamu bisa ikuti tips ini yaitu ambil gunting kemudian potong menjadi dua lalu colet-coletin deh biasanya masih nyisah banyak didinding produk haha meunih medit pisan yah maklum mahasiswa gak boleh boros.
Biasanya aku menggunakan sunscreen ini hanya ketika akan berangkat kekampus atau keluar kosan saja selebihnya ku biarkan kulit ini bernafas sebebas-bebasnya.

Kandungan Aloe Vera nya menjadi pelembab kulit wajah sehingga tak perlu lagi membeli pelembab wajah, cukup sunscreen, foundation dan bedak tabur selesai. SPF 30 (yang disarankan untuk pemakaian harian) disini berfungsi untuk melindungi dan melembabkan kulit kemudian kandungan P++++ berfungsi sebagai filter UVA dan UVB dari buruknya sinar matahari kemudian ada kandungan viatamin E juga yang digunakan sebagai anti oksidan. Berbagai kandungan yang dimiliki pada wardah SPF 30 ini benar-benar memberikan dampak baik bagi kulitku.

Dikemasan ditulis bahwa isinya akan berbentuk gel gitu, namun nyatanya aku salah tekstur dari si wardah ini malah terkesan seperti hand body berwarna putih gitu rada-rada creamy sih, but it’s oke for me.
Oya sunscreen ini tidak waterproof sehingga perlu apply lagi apabila selesai sholat karna luntur terkena air wudhu.



Sejauh ini, aku masih merasa nyaman-nyaman aja menggunakan sunscreen SPF 30 dari wardah ini. WARDAH SUN CARE SUNSCREEN GEL SPF 30 PA++++ dapat diperoleh di swalayan terdekat maklum siapa sih yang gatau produk wardah. Kalo aku berlangganan membelinya di Mitra Swalayan dibandrol seharga Rp.35.000,-.

[REVIEW PRODUCT] KOMEDO BERKURANG BERKAT HIMALAYA HERBALS GENTLE EXFOLIATING DAILY FACE WASH


“Merawat Lebih Baik Dibandingkan Mengoperasi” 

Sedikit cerita terlebih dahulu sampai akhirnya jatuh hati pada produk Himalaya ini.
Sejak masuk ke Sekolah Menengah Pertama aku mulai aware mengenai perawatan diri mulai dari wajah, rambut maupun kulit saat itu diajarkan oleh ibu masih menggunakan produk-produk alami seperti; putih telur, madu, bedak beras dan berbagai olahan dapur lainnya yang telah dipercaya turun temurun khasiatnya dengan hasil yang ditampilkan cukup lama namun tanpa efek samping. Resiko menggunakan bahan-bahan alami yaitu lamaaa dan cukup melatih kesabaran.

Baru ketika masuk ke SMA mulai deh mencoba produk-produk olahan pabrik yang biasa dijual di minimarket-minimarket gitu, mulai dari produk A sampai dengan H telah ku coba untuk menemukan yang pas di hati karna ternyata perihal wajah itu cocok-cocokan jadi ketika suatu produk cocok dikulit D belum berarti cocok pula di kulit G sehingga masa pencarian yang dilakukan oleh ku juga cukup panjang.

Dan pada akhirnya saat kuliah aku mulai coba-coba lagi, aku menemukan sebuah produk yang terpajang di etalase Mirota Kampus, Yogyakarta Jalan C Simanjutak karna kebetulan daily face wash sedang habis saat itu dan merasa produk sebelumnya tidak terlalu memberi hasil yang signifikan, sehingga berniat ingin mengganti facial wash baru dalam hal ini masalah terbesar wajahku adalah komedo, jadi aku mulai mencari produk-produk facial wash yang mampu membersihkannya. Pada hari itu, seperti layaknya pembeli dikarnakan mindset ku udah disetir sedari kecil untuk menggunakan produk-produk alami sehingga ada tulisan herbals dikemasan saja sudah membuat iman tergoda untuk membeli HIMALAYA HERBALS GENTLE EXFOLIATING DAILY FACE WASH. Penampilannya yang sederhana botol bening yang biasa aja namun seolah menunjukkan tidak ada penipuan isi dalam kemasan, tutupnya yang berbentuk tub cukup menyita perhatianku kala itu.

Perlahan aku baca secara detail baik kandungan produk maupun  fungsinya maklum keraguan tentu bergelanyut didalam benak apalagi ini produk baru dan pastinya kudu hati-hati ditambah lagi produk ini kurang terkenal dipasaran (belum masuk iklan TV). Dan setelah beberapa detik pengamatan akhirnya hati ku klik untuk membeli dan sampai sekarang sudah masuk hampir satu tahun pemakaian dan sejauh ini hasilnya tidak mengecewakan.

Sebenernya, yang bikin aku tertarik terhadap produk ini adalah fungsinya untuk “membantu mengurangi komedo yang tampak” dan dari pernyataan tersebut nyatanya terbukti setelah penggunaan secara rutin. Dulu, aku memiliki komedo yang cukup meresahkan apalagi ketika menggunakan bedak suka keihatan tuh putih-putih kecil tak rata dibagian hidung oleh sebab itu aku jadi sering membeli produk pure pack gitu padalah hal tersebut sungguh menyakitkan dan tidak baik jika digunakan terlalu sering namun setelah satu tahun ini aku benar-benar tidak menggunakan bantuan pure pack lagi untuk mengangkat komedo dan aku fikir dikarnakan memang cocok dengan produk Himalaya ini.

Dari fungsi yang telah disebutkan sebelumnya enggak perez, memang benar Himalaya ini sangat membantu dalam mengurangi komedo yang tampak asalkan rutin digunakan dan rajin memakainya ketika pulang dari luar atau penggunaan make up yang dapat menyumbat pori-pori.

Butiran-butiran scrubnya sangat-sangat membantu dalam pengangkatan kulit mati, awalnya aku berfikiran bahwa butiran-butiran tersebut dapat menyebabkan kulit tambah kering karna memang jenis kulitku adalah kulit kering sehingga cukup khawatir namun nyatanya tidak sama sekali membuat kulit kering. Himalaya Herbals Gentle Exfoliating Daily Face Wash tidak menimbulkan busa saat digunakan sehingga tak perlu khawatir menjadikan kulit semakin kering oleh bahan deterjen yang biasa digunakan. Sayangnya produk yang di import dari India ini masih jarang ditemukan di minimarket-minimarket tak seperti produk sejenis yaitu bi*re dll jadi, aku cukup membutuhkan effort untuk membeli jika persediaan dikosan sudah habis karna store terdekat itu WS Toserba apabila di WS habis mau gak mau aku harus beli ke Mirota Kampus kadang sekalian kebawah kalo dari Jalan Kaliurang km 14.5. Namun, kalo mager kebawah botol berbentuk tube ini bener-bener aku pencetin sampai dengan titik terakhir dan hal ini tergambar jelas pada pict diatas haha.

Biasanya aku beli Himalaya Herbals Gentle Exfoliating Daily Face Wash yang ukuran 50 ml selain lebih praktis juga ekonomis dengan harga Rp.15.000,- dan lumayan bertahan sampai dengan 1.5 bulan dengan pemakaian rutin 2 kali sehari. Sebenernya Himalaya facial wash ini banyak variannya dikarnakan aku udah cocok sama Himalaya Herbals Gentle Exfoliating jadi males coba yang lain kecuali memang sedang habis terpaksa aku akan menggunakan Himalaya yang lain.

Powered by Blogger.